Terkadang, kebahagiaan itu datang hanya sesaat…
Winter 2011
Cho Im-Young mengeratkan jaketnya yang tebal seturunnya ia dari pesawat. Ia melihat jalanan yang nyaris tertutup salju putih bergaris-garis bekas roda pesawat yang menggelinding di atasnya. Angin juga berhembus pelan namun masih mampu menusuk tulangnya.
Bersama dengan ratusan penumpang lainnya, ia berjalan cepat untuk mencari kehangatan di dalam ruangan baggage claim. Setidaknya itu adalah harapannya. Sudah berapa kali ia mengeluh karena kedinginan sehingga membuat tubuhnya sedikit nyeri. Oleh karena itu, ia benci udara dingin. Ia benci salju. Ia benci musim dingin. Sebenci ia dengan pria itu.
***
Spring 2012
Rasanya melihat bunga-bunga bermekaran itu membuat suasana hati Im-Young berubah menjadi lebih baik. Ia bisa melakukan apapun yang ia mau. Pergi ke taman bunga. Pergi ke pasar bunga. Piknik di antara bunga-bunga tulip yang warna-warni. Dan membuat makanan yang enak seperti stroopwafles dan onbitjkoek.
Pagi ini, Im-Young sudah berencana mencari klompen baru untuk musim seminya di Edam. Ia pikir, ia harus mencari klompen baru untuk festival musim semi di kampusnya.
Dengan pakaian musim semi, ia melangkahkan kakinya keluar dari rumahnya. Sesaat ia tersenyum melihat bunga tulip warna-warni yang menyambutnya begitu ia membuka pintu. Kakinya berjalan pelan menghampiri bunga tulip warna merah jambu. Ia sedikit membungkukkan tubuhnya dan mengecup kelopak bunga itu untuk sekedar mengucapkan selamat pagi pada hari yang indah. Telinganya pun mendengar suara kicauan burung yang membuat paginya semakin menyenangkan.
Namun, sepertinya kebahagiaan itu hanya bersifat sementara untuk hari ini. Dalam hati, Im-Young merutuk kesal saat melihat seorang pria yang berdiri di depannya. Selama beberapa menit, mereka saling menatap. Pria itu tersenyum singkat pada Im-Young dengan harapan gadis itu mau menyapanya. Namun Im-Young balas pria itu dengan tatapan menusuk. Pelan, ia mendesis karena kesal. Luapan emosi kembali meledak dalam hatinya. Setelah mencampakkan dirinya, kini pria itu berani muncul di hadapannya.
“Lama tidak berjumpa denganmu, Im-Young,” ucap pria itu ramah, namun gadis di hadapannya tetap diam mematung lengkap dengan tatapan tajamnya.
Tanpa menghiraukan sapaan itu, Im-Young berbalik. Namun, dengan cepat pria itu menarik lengan Im-Young dan langsung membawa gadis itu ke dalam pelukannya.
“Aku sudah kembali untukmu…”
“Aku tak mengenalmu…”
“Lee Hyuk-Jae yang pernah menjadi separuh jiwamu, apakah kau juga tidak mengenalnya?” bisik pria itu di telinga Im-Young dengan lembut.
Sedetik kemudian, Im-Young merasakan panas di matanya. Ia yakin ia ingin menangis saat ini. Tapi bagaimana pun, ia tidak boleh menunjukkan air matanya pada Hyuk-Jae, pria yang pernah menjadi pujaan hatinya.
“Maafkan aku, Im-Young…”
“Aku merindukanmu, Hyuk-Jae …”
Di tengah keramaian Edam, suara bising itu tiba-tiba terdengar dan menarik perhatian sebagian besar dari orang-orang yang melintas di sana.
***
Winter 2012
Kini, musim dingin tidak menjadi boomerang bagi Im-Young. Entah mengapa, sekarang ia begitu menyukai musim dingin. Di saat temperatur suhu berada pada titik yang rendah, ia masih dapat merasakan kehangatan dari pria yang selalu menggenggam tangannya dalam damai.
***
Written by Angela Marchelin
@AngelaMarchelin
(Tugas PTM 21 December 2012, UMN 03:52 PM)
kyaa~
So sweet~
Ga ada kata lain yang bisa menggambarkannya selain so sweet.
Hehe
Ditunggu yg RESET >.<
Wkwk…
Udah dibaca… Hohoho
Ini ditulis kilat di dalam lab PTM g…
Saking bingung mau ngepost apa, akhirnya mutusin buat nulis flash fiction… hehehehe….