Precious Moment
A moment with you…
Hari itu akhirnya berakhir juga. Langkah kakinya membawa tubuhnya menjauh dari sorak-sorai penonton di depan sana. Sesekali, ia merutuki dirinya sendiri atas kebodohan yang telah ia perbuat. Barusan saja.
“Kau kenapa?” tanya seorang pria berkacamata yang tiba-tiba menghampiri dirinya yang sedang bersandar lelah di dinding. Melihat tidak ada tanggapan apapun, pria itu memukulkan map plastik pada pundah yang terlihat sangat lelah itu, “Hei! Aku sedang bertanya padamu!”
“Dui bu qi,” ucapnya tak bersemangat. “Kepalaku sedikit pusing.” Ia menegakkan punggungnya lalu berjalan tanpa arah, mengikuti koridor sesak yang hanya lurus ke depan.
“Han Geng!” seru pria berkacamata itu, membuat beberapa backstage crew melirik ke arahnya. Ia mempercepat langkahnya lalu meraih pundak Han Geng, “Kalau sejak awal kau memang tidak mau mengikuti, lantas kenapa kau menandatangani surat kontrak itu?” tanyanya geram.
“Sun Le Ge! Ini semua kecelakaan! Harus berapa kali aku katakan padamu, kalau ini adalah kebodohanku?” balas Han Geng tak kalah geram. “Berikan pasporku. Aku ingin kembali ke Beijing sekarang!”
Sun Le mendengus kesal, “Kau gila! Aku ini managermu, bersikaplah sedikit lebih baik. Lagipula, kota ini tidak akan mengurungmu.”
Han Geng terdiam sambil membalikkan tubuhnya, kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terputus tadi. “Aku ingin kembali ke hotel.”
“Kau tidak bisa. Masih ada acara after party selepas ini,” ucap Sun Le, namun Han Geng sudah keburu masuk ke dalam ruangan pribadinya.
***
Sun Le menggeser-geserkan jarinya di atas layar iPad, mengamati deretan jadwal yang masih menunggunya, “Kau sebenarnya kenapa, sih? Biasanya kau tidak pernah segalau ini.”
Han Geng terdiam. Matanya menarao kosong ke arah luar jendela. Dalam ingatannya, ia masih dapat melihat bayangan dirinya berjalan di trotoar. Tergesa-gesa menuju swalayan 24 jam untuk membeli beberapa kaleng bir.
“Aku tahu, kau punya kenangan tersendiri tentang Seoul,” ucap Sun Le sambil mengamati layar iPad di depannya.
Han Geng pun bungkam. Dia setia dalam diamnya. Tanpa peduli dengan suara Sun Le, ia membuka kulkas mini di balik sandaran jok mobilnya, kemudian mengambil sekaleng bir kesukaannya dan… mereka.
***
Sun Le mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Han Geng. Hanya memastikan kalau pria itu sudah benar-benar tertidur.
“Ternyata kau benar-benar lelah,” gumam Sun Le. “Pabo namja,” katanya dengan bahasa Korea dan aksen Mandarin yang menyatu.
Suara ketukan pelan pada jendela mobilnya membuat Sun Le menoleh, lalu membuka kaca jendela itu.
“Dia tertidur,” kata Sun Le pelan, setengah berbisik pada pengetuk jendela itu.
“Maaf, Sun Le Ge,” ucap pria bermata sedikit sipit dan berambut warna coklat pekat itu.
Sun Le tersenyum. “Tidak apa-apa,” ia menepuk-nepuk pundak pria itu pelan. “Sekarang, apa rencanamu?”
***
“Han Geng. Han Geng,” panggil Sun Le pelan, berusaha membangunkan pria itu.
Akhirnya Han Geng merentangkan tangannya kemudian sedikit menggeliat pelan. Mendadak punggungnya terasa kaku.
“Apa kita sudah sampai?” tanyanya pada Sun Le yang dibalas dengan anggukan oleh pria berkacamata itu.
KLEK.
Pengemudi mobil itu membukakan kunci dari pintu kemudi dan Han Geng sedikit terperanjat ke belakang ketika banyak orang yang menggunakan mantel tebal tiba-tiba muncul dari bawah, mengitari mobilnya. Sayangnya mereka berdiri memunggungi, sehingga Han Geng tidak begitu jelas siapa mereka.
Tapi, nalurinya tidak berhenti sampai di situ saja. Memorinya menariknya kembali dan mengatakan kalau ia sangat mengenal siapa mereka.
Han Geng membuka pintu mobil itu lalu turun dari dalam sana.
“Jung… Jung Soo… Lee Teuk?” suaranya sedikit bergetar saat nama itu tersebut dari mulutnya.
Pria itu berbalik dan langsung memeluk Han Geng yang berdiri mematung. Pria itu berusaha menyembunyikan matanya yang mulai merah dan berkaca-kaca.
Lee Teuk mengangguk-angguk, “Ya, ini aku, Han Kyung-ah. Ini aku,” akhirnya air mata itu tak dapat dibendung lagi.
“Han Kyung-ah,” panggil seseorang yang membuat Han Geng semakin ingin menangis.
Ia menoleh dan melihat sosok Hee Chul yang berdiri di sampingnya. Tangannya terulur untuknya.
“Hee Chul, kau ada di sini?” tanya Han Geng tak percaya. “Bukankah kau…”
“Aku boleh bertemu denganmu, kan? Dasar pria Nasi Goreng Beijing!” Hee Chul menjitak kepala Han Geng pelan, membuat sahabatnya itu tersenyum penuh haru.
“Aku merindukanmu, Hee Chul. Kim Hee Chul, aku sangat merindukanmu!” Han Geng langsung menghambur ke dalam pelukan Hee Chul dan menumpahkan air matanya di pundak sahabat tercintanya itu.
“Sudah, sudah. Nanti bajuku basah karena air matamu,” Hee Chul mendorong tubuh Han Geng menjauh darinya. Ia pun langsung menyembunyikan wajahnya yang sedang menangis. Ia ingin Han Geng melihatnya tersenyum, bukan menangis.
“Jahat!” seru Han Geng pelan seraya menghapus air matanya memakai punggung tangannya. Tapi, ia langsung terkesiap ketika melihat Dong Hae bersandar di kap motor sendirian sambil menunduk. Pundak Dong Hae melompat-lompat kecil seperti sedang terisak. “Dong Hae,” tangan Han Geng tersampir di pundak itu, “Aku juga merindukanmu.”
“Hyeong…” Dong Hae juga langsung memeluk Han Geng.
“Sudah, sudah. Jangan menangis lagi. Kau harus tersenyum untukku,” kata Han Geng.
Dong Hae mengangkat kepalanya lalu mengangguk sambil memberikan senyuman hangatnya untuk Han Geng.
“Ye Sung, Sung Min, Si Won, Ryeo Wook, Shin Dong, Eun Hyuk, dan adikku, Henry, aku juga sangat merindukan kalian. Aku ingin menangis setiap kali aku mengingat momen-momen bersama kalian,” ucap Han Geng seraya memeluk mereka satu per satu.
“Kami juga, Ge. Aku selalu takut kalau persahabatan kita berakhir setelah Gege keluar dari Super Junior.” kata Henry.
Seulas senyum mengembang di bibir Han Geng,” Tubuhku memang tidak bersama dengan kalian. Tapi hatiku… hatiku akan selalu bersama dengan kalian. Aku tahu aku sangat egois. Tapi…”
“Sudahlah, Han Kyung-ah. Kami sangat menghargai keputusanmu, walau semua memang terasa berat bagi kami. Namun, asalkan kau masih mengijinkan kami memanggil namamu–Han Kyung–dan kau masih mau bertemu dengan kami, itu semua lebih dari cukup,” ujar Lee Teuk.
“Han Kyung-ah!!” seru Kyu Hyun besar-besar dari arah dalam gedung The Sharpstar City. Ia berlari-lari kecil sambil membawa kue tart di tangannya.
Han Geng berdecak setengah kagum, setengah kesal juga.
Lee Teuk tertawa pelan, “Magnae kita yang satu itu memang tidak tahu sopan santun,” ujar Lee Teuk seakan-akan bisa memaca pikiran Han Geng, “Tapi dia yang paling semangat membuatkanmu kue tart. Percayalah, walaupun dia kurang ajar, tapi dia sangat menyayangi kita semua.”
“Han Kyung-ah!!” Kyu Hyun sampai dengan nafas yang sedikit terengah-engah. Ia menundukkan kepalanya lalu mengangkatnya lagi untuk mengambil oksigen. “Maafkan aku. Aku tadi…”
“Menyiapkan kue untukmu, Han Kyung-ah,” lanjut Han Geng, merasa lucu sendiri.
Kyu Hyun sedikit terkesiap mendengar ucapan Han Geng dan membuatnya menyengir sendiri. “Tiup lilinnya!” pinta sang Magnae saat melihat api mulai menjilat-jilat liar terbawa angin.
Seulas senyum mengembang lagi di bibir Han Geng. Ia memejamkan matanya kemudian meniup lilinya. Tapi selang satu detik kemudian, api kembali menyala di atas lilin angka ‘2’ dan ‘9’.
“Han Kyung-ah, tiup lilinnya,” desak Kyu Hyun tak sabar.
Han Geng melihat Kyu Hyun tak percaya, namun ia tetap menurut lalu meniup lilinnya lagi. Dan selang satu detik kemudian, lilin kembali menyala. Ia melihat Kyu Hyun berusaha menahan tawa.
Merasa dikerjai, Han Geng pun pura-pura kesal.
Akhirnya Kyu Hyun menyerah dan tawa pun menyembur di tengah dinginnya malam.
“Siapa yang mengerjaiku?”
“Dui bu qi, Ge,” sesal Henry yang berdiri setengah bersembunyi di belakang Kyu Hyun.
“Ya!! Kau anak nakal!!” Han Geng mengejar Henry yang berlari menghindari dirinya, “Ya!! Henry, kau anak nakal!!”
“Dui bu qi, Ge!!” seru Henry sambil terus berlari.
“Berhenti di situ kau, anak nakal!!” pinta Han Geng garang sambil mempercepat larinya.
“Bu yao, lah!”
“Henry, berhenti!!” tangan Han Geng terjulur ke depan dan akhirnya berhasil menangkap Henry, “Gotcha!”
“Ge, dui bu qi.” Henry merajuk dengan muka aegyeonya.
Tanpa pikir panjang, Han Geng langsung menggendong Henry di pundaknya dan memukul-mukul pantatnya.
“Ge!! Ge!! Hentikan!” pekik Henry.
Mendengar jerit kesakitan adiknya itu, Han Geng menjadi tidak tega dan langsung menurunkan Henry. “Dasar anak nakal.”
“Hei, hei, hei! Ayo kita minum bir!” Seru Sun Le sambil membuka bagasi mobil. Sun Le mengambil beberapa kaleng bir dan langsung membagi-bagikannya.
“Geonbae!!”
***
Malam pun semakin larut. Tak terasa satu jam telah bergulir seperti roda pedati yang melintasi jalanan menurun. Berputar begitu cepat. Han Geng melirik jam tangannya lalu mendesah kecewa.
“Aku harus kembali ke hotel,” ucap Han Geng sedih.
“Tidak perlu!” sergah Sun Le cepat. “Menginaplah di sini,” Sun Le menyerahkan tas jinjing Louis Vuitton warna coklat pada Han Geng. “Di situ ada pakaianmu.” Sun Le membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya. “Ah! Besok pagi, aku akan menjemputmu di sini.”
Mendapat tatapan tak percaya, Sun Le pun melanjutkan ucapannya, “Bukankah lebih nyaman tidur di rumah sendiri daripada di hotel?”
“Benar, Hang Kyung-ah. Menginaplah di sini.” kata Lee Teuk kemudian.
Han Geng masih ragu untuk memutuskan. “Tidak akan ada yang tahu kau menginap di sini. Lagipula, ini masih rumahmu.” ucap Hee Chul. “Kalau ada yang tidak senang kau menginap di sini, mereka harus berhadapan dulu dengan Space Big Star, Kim Hee Chul.” ucapnya sambil menepuk-nepuk dadanya.
Ye Sung dan Kyu Hyun pun mengangguk-angguk setuju. Dan Han Geng akhirnya setuju.
***
Han Geng membuka akun Weibo miliknya. Ia membaca beberapa mention untuknya. Ada dari rekan-rekannya, dari penggemarnya dan…
@韩庚 Kau ke Korea, ya?
@韩庚 Jangan lupa hubungi kami.
@韩庚 Aku dan yang lainnya punya kejutan untukmu.
@韩庚 祝你生日快乐, Beijing Fried Rice.
Han Geng tersenyum penuh arti, “Ternyata itu adalah kau, Kim Hee Chul.”
Sun Le tiba-tiba masuk ke dalam ruangan pribadinya. Di tangannya ada sebuah map plastik dan iPad.
“Han Geng, siap-siap! Lima menit lagi giliran kau tampil.”
Han Geng mengangguk dan mulai membereskan laptopnya. Ia sedikit terkesiap ketika di tangannya ada sebuah kaleng bir kesukaannya dan mereka… sahabat sejatinya. Ia pun tersenyum senang.
“Han Geng, ayo! Dua menit lagi!!” seru Sun Le terburu-buru.
“Ah! Baiklah, baiklah.” Han Geng segera keluar dari ruangannya dan berlari tergesa-gesa menuju belakang panggung.
“Kau tidur terlalu nyenyak,” ucap Sun Le sambil memainkan iPad miliknya.
Han Geng tersenyum sekilas menanggapi ucapan Sun Le. Ia tidak peduli lagi.
“Baiklah, tiba kita di puncak acara Korea-Beijing Music Festival yang kita tunggu-tunggu sejak tadi. Saya Kim Eun Mi undur diri. Sampai jumpa lagi di acara selanjutnya. Dan, mari kita sambut penampilan spektakuler dari Super Junior dan… Han Geng!!”
Suara sorak-sorai penonton pun membahana memenuhi studio dan mereka pun masuk ke dalam panggung. Bersama-sama.
Maukah kau minum bir bersama kami... Han Kyung-ah?
THE END
DO NOT COPY PASTE
By Angela Chen
祝你生日快乐,哥~
Just hoping wish you can meet your second family again… 🙂
Leave a Reply