I’m running on my fate…
…EPILOGUE…
“Biar aku bawakan tasmu,” ucap TK setengah memaksa sambil mengambil alih koporku. “Hati-hati, baby. Bulan depan aku usahakan untuk ke Jepang,” katanya seusai kami tiba di depan pintu ruang check in.
Aku tersenyum kaku menanggapi ucapan pria itu.
“Masuklah, sebelum kau terlambat.”
Aku pun menurut dan memberikan tiket dan pasporku kepada petugas bandara.
“Kalian juga hati-hati. Nanti kalau aku ke Jepang, aku pasti mengunjungi kalian juga.” ucap TK pada Rin dan Kaoru. Namun kedua sahabatku itu hanya mengangguk-angguk kaku.
“Henry oppa!! Henry oppa!!” seruan heboh itu mengiringi langkahku sebelum benar-benar masuk ke dalam ruangan check in. Aku menoleh dan melihat segerombolan gadis yang mengikuti Henry. Tatapanku terpaku pada pria itu. Dia sempat berhenti sejenak dan tatapannya bertabrakan denganku. Tapi, kelihatannya ia tidak peduli.
Sedikit rasa sakit kurasakan di hati ini. Rasa penolakan yang amat sangat besar dari seorang pria yang sebenarnya aku suka juga.
Tapi inilah takdirku.
Takdir seorang Miyamoto Kaoru.
Aku mengecek iPhone-ku yang bergetar. Ternyata satu pesan masuk dari Kevin.
Padahal aku sempat mengharap kau memilih Henry.
Belum sempat kubalas, satu pesan lainnya masuk. Dari nomor yang tidak kukenal.
Hah, Cuma icon senyum, gumamku dalam hati.
“Hei, SMS dari siapa?” tanya Rin sambil menyikut-nyikut lenganku.
“Rin…” protesku, “Hanya dari Kevin,” jawabku sambil tertawa geli melihat rupanya yang kecewa.
“Ayo, masuk,” ajak Kaoru.
***
Aku memilih duduk sendiri dan kedua sahabatku itu duduk berdua di kursi depanku. Siapa yang akan menduduki kursi di sampingku, aku juga tidak tahu.
Headset putih terpasang apik di kedua telingaku. Kepalaku bergoyang-goyang mengikuti lagu yang sedang diputar di iPod-ku. Lagu kesukaanku, That’s Love (這是愛) yang dinyanyikan oleh Dong Hae dan… Henry.
Kusibukkan sepasang mataku dengan membaca majalah yang disediakan oleh penerbangan yang akan mengantarkanku dari Incheon ke Narita.
“Pardon me.”
Aku tidak peduli siapa yang bicara di sana. Paling-paling dia meminta bantuan pramugari untuk meletakkan barang-barangnya dalam kabin. Begitulah, kebanyakan penumpang memang berlaku manja.
Akhirnya kursi di sampingku ini terisi.
“Apa kita saling mengenal?” tanyanya.
Aku menurunkan majalah yang aku baca dan cepat menengok ke arah orang yang duduk di sampingku ini.
Mataku langsung membulat lebar, seakan-akan isinya bisa keluar dari tempatnya jika aku membukanya sedikit lebih lebar lagi.
“He… Henry?”
The End
My Love, My Kiss, My Heart
By Angela Chen
NO COPY-PASTE!
Thank You for Reading!
Author notes:
- This post PURE ONLY my imagination!
- Only Fan-Fiction!
- No Bashing!
- Please leave a comment, NO SILENT READER!
- Photo credits to:Fuckyeahuhljjang Tumblr
Mantep lah ini !
cuma 1 TK 1 lge henry .
heeeeeeeeee ~