Nara terkejut melihat siapa yang tiba-tiba berdiri di sampingnya. Dia setengah mendekap mulutnya untuk menahan rasa kagetnya.
“He… He… Henry…” Gumamnya dengan suara bergetar. “Eonni, kau lihat siapa dia?” Bisik Nara.
Hye Kyo ikut menoleh ke orang yang berdiri di samping Nara saat ini. “Omo! Nara! Bukankah dia, Henry?” Hye Kyo juga ikut-ikutan terkejut melihat Henry yang sedang bernyanyi.
Pria itu mengenakan jas putih dan kemeja hitam. Rambutnya dicat berwarna cokelat tua dengan highlight tipis berwarna magenta. Dia sangat tampan malam ini.
“Eonni, ternyata suara dia benar-benar sangat bagus. Pantas saja dia menjadi lead vocal di Super Junior.” Ucap Nara pada Hye Kyo yang terpaku menatap Henry. Hye Kyo hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dengan mulut terbuka.
Tangan Henry tiba-tiba menggandeng tangan Nara tanpa memandang wajah gadis itu. Nara melongo karena ia sama sekali tidak menyangka, dia akan mengalami kejadian seperti malam ini. Kemudian Henry naik ke atas panggung bersama keempat temannya secara bersamaan.
Selama konser berlangsung, mata Nara hanya tertuju pada Henry yang selalu melihatnya. Pria itu selalu tersenyum padanya. Konser Super Junior kali ini sangat berbeda di mata Nara yang selalu menonton konser mereka via internet. Ia bisa bertatap muka langsung dengan para personilnya secara dekat.
Setelah Kyu Hyun bernyanyi solo di atas panggung, kali ini giliran Henry yang bernyanyi solo. Sekarang ia mengenakan rompi rajut berwarna biru tua dan kemeja berwarna putih yang sangat kontras dengan rompinya. Dia duduk di sebuah kursi di tengah-tengah panggung dan hanya ada sebuah lampu sorot yang menyorotinya. Dia bernyanyi dengan gayanya yang khas. Di pertengahan lagu, dia berjalan mengitari panggung untuk lebih dekat dengan para fansnya. Di tangan kanannya ia membawa setangkai bunga mawar putih. Ketika ia berjalan menuju Nara dia terhenti di sana dan sedikit menunduk. Ia memberikan bunga itu pada gadis yang sejak tadi tidak berhenti menatapnya. Hal itu membuat para fans lainnya menjerit-jerit tidak karuan. Kemudian, Henry melanjutkan aksi panggungnya.
Nara menatap wajah Hye Kyo yang melongo. “Eonni! Eonni! Kau kenapa?” Tanya Nara.
“Bunga itu?” Hye Kyo menunjuk bunga pemberian Henry.
“Aku juga tidak percaya, eonni. Dia juga memberiku kertas ini saat memulai konser.” Nara memperlihatkan kertas yang dilipat kecil pada Hye Kyo.
“Cepat buka! Kita lihat apa yang dia tulis di sana.” Pinta Hye Kyo.
Nara membuka lipatan kertas itu perlahan-lahan, dan ia menemukan sederet tulisan Hanja di sana. Untungnya, dia masih bisa membaca tulisan Korea dengan baik.
Selesai menonton konser, langsung pergi ke belakang panggung. Aku menunggumu di sana. Henry.
“Nara.” Kata Hye Kyo.
“Eonni.” Ucap Nara kemudian.
“DIA!!” Jerit mereka bersamaan.
“Menunggumu di belakang panggung!” Seru Hye Kyo. “Oh, Nara… Aku sangat iri padamu.” Ucap Hye Kyo.
“Eonni, nanti kita pergi bersama.”
“Benarkah?” Hye Kyo memastikan.
Nara mengangguk pasti. Dia tersenyum melihat bunga dan surat kecil itu.
Waktu konser berjalan sangat cepat. Tidak terasa hanya tiga jam, para fans bisa menatap wajah mereka secara langsung. Lampu-lampu pun dinyalakan dan gedung itu kembali terang. Satu per satu, orang-orang meninggalkan gedung itu. Nara dan Hye Kyo segera berlari menuju belakang panggung. Namun mereka ditahan oleh petugas keamanan. Mereka terus membujuk petugas keamanan itu, namun mereka tetap tidak diizinkan masuk ke belakang panggung.
“Biarkan mereka masuk!” Pinta Henry.
Nara dan Hye Kyo terkejut melihat Henry tiba-tiba keluar dari belakang panggung dan menyuruh petugas keamanan untuk membiarkan mereka masuk. Dan akhirnya sesuai dengan perintah Henry, petugas keamanan memperbolehkan mereka masuk ke belakang panggung.
“Annyeong haseyo!” Sapa Henry ramah. Nara masih diam terpaku menatap orang yang sedang berbicara dengannya. “Kau masih ingat denganku?” Tanya Henry. “Ah! Salah! Maksudku, apa kau pernah bertemu denganku sebelumnya? Kau ingat itu?”
“Ne, aku ingat itu. Aku menabrak trolleymu di bandara seminggu yang lalu.” Ucap Nara. “Jeoseongeyo. Aku benar-benar tidak sengaja saat itu. Apakah kau sekarang ingin aku mengganti rugi? Kopermu rusak? Atau apapun. Aku tidak tahu apa yang kau inginkan. Sekarang aku minta maaf padamu. Jeoseonge…” Nara berbicara panjang lebar secepat kereta tanpa henti, namun Henry menghentikannya dengan meletakkan jari telunjuknya di bibir Nara.
Pria itu menggeleng halus. “Aniyeo, aku tidak ingin kau mengganti rugi. Aku hanya ingin tahu namamu. Aku Liu Xian Hua. Orang-orang biasa mengenalku dengan sebutan Henry.” Pria itu memperkenalkan diri. “Kalau boleh tahu, namamu siapa?” Tanyanya.
“Park Nara.” Jawabnya singkat.
“Park Nara? Apa kau orang Korea?” Tanya Henry.
“Aku keturunan Korea. Tapi aku lahir di Indonesia. Makanya appa tidak memberiku nama Korea.” Jelas Nara. “Ehm… Apa aku boleh memanggilmu dengan sebutan oppa?” Tanya Nara.
“Oppa? Sebutan yang sangat baik. Aku sangat suka dipanggil oppa. Hahaha…” Henry tertawa kecil. “Oh iya, kau panggil aku Xian Hua oppa saja.” Tambahnya.
Nara mengangguk kecil. “Kenalkan, dia nae eonni yang tinggal di Korea. Namanya Park Hye Kyo.”
Lalu, Henry dan Hye Kyo saling bertegur sapa dan berjabat tangan.
“Ah! Nara, aku akan mengajakmu dan eonnimu bertemu dengan teman-temanku. Ayo, ikut aku!” Ajak Henry. Kemudian, dia memanggil teman-temannya yang sedang berberes di dalam.
“Hyeong, Eun Hyuk, Dong Hae dan Kyu Hyun, kenalkan ini Park Nara dan kakaknya, Park Hye Kyo.” Henry memperkenalkan mereka berdua pada anggota Super Junior lainnya.
“Ooohh… Annyeong haseyo, Nara ssi! Annyeong haseyo, Hye Kyo ssi!” Sapa Han Kyung ramah.
Nara dan Hye Kyo juga balas menyapa Han Kyung dengan ramah.
“Ya, Xian Hua! Jadi gadis ini yang membuatmu menjadi aneh selama ini?” Tanya Eun Hyuk setengah berbisik pada Henry.
“Aniyeo. Aku tidak pernah menjadi aneh.” Protes Henry kesal.
“Dia gadis yang bertemu di bandara waktu itu, kan?” Tanya Eun Hyuk dan Henry mengangguk. “Henry! Geuleul johahani?” Tanya Eun Hyuk dan Henry diam seribu bahasa.
Dong Hae tertawa tiba-tiba untuk mengalihkan pembicaraan, “Nara ssi, Hye Kyo ssi, kami senang kalian mau datang ke acara konser kami. Dan kami juga senang bisa mengenalmu. Semoga kita bisa berteman baik.” Ucapnya tenang.
“Nara ssi, deo ara?” Ucap Kyu Hyun tiba-tiba.
“Tahu tentang apa?” Tanya Nara bingung.
“Sejak Henry tahu kedatanganmu ke sini, dia segera ingin merubah formasi panggung kami di permulaan. Makanya, dia tiba-tiba muncul di sebelahmu.” Kyu Hyun membongkar rahasia di depan Nara. “Untungnya, dia hanya ingin merubah formasi panggung di saat awal. Hahaha…” Tambahnya.
Wajah Nara bersemu merah. Dia tahu, teman-teman Henry sedang berusaha menggoda dia dan Henry dengan sindiran-sindiran halus. Namun, dia harus tetap bersikap biasa saja.
“Ah! Sudah malam. Kami harus pulang.” Ucap Nara. “Gomabda, karena aku boleh berkenalan dengan kalian. Penampilan kalian sangat keren malam ini.” Puji Nara.
“Haha… Gamsahaeyo, Nara ssi.” Ucap Han Kyung.
Kemudian, Nara dan Hye Kyo keluar dari ruangan itu dan pergi.
“Jamkamman!” Seru Henry dari jauh. “Boleh aku meminta nomor handphone dan alamatmu?”
Nara melongo mendengar kata-kata Henry. Nomor handphone? Alamat? Untuk apa? Atau jangan-jangan….
“Gwaenchanhayo, jika kau keberatan untuk member nomor handphone dan alamatmu. Mianhae, jika kau tersinggung soal itu.” Kata Henry.
“Aniyeo, oppa. Boleh aku pinjam handphonemu?” Ucap Nara sambil menyodorkan handphonenya pada Henry.
“Ne, tentu saja boleh.” Henry langsung merogoh handphonenya di saku celananya dan memberikannya pada Nara.
“Okay, sudah selesai. Aku sudah menyimpannya di handphone ini. Gomawo, oppa.” Ucap Nara setelah selesai bertukar nomor handphone dengan Henry. “Ah! Aku punya sekotak cokelat untuk oppa.” Nara mengeluarkan kotak cokelat yang dihiasi pita berwarna sapphire blue.
“Gomawo. Neomu joahaeyo.” Gumam Henry dengan senyumannya yang menampilkan lesung di pipinya.
“Oppa, kami pulang dulu. Annyeong…” Nara dan Hye Kyo melambaikan tangannya pada Henry dan menaiki taksi kemudian pergi dari sana.
***
Tiga hari setelah konser Super Junior, Nara dan Hye Kyo lebih memilih untuk berada di dalam rumah. Mereka masih sangat lelah karena konser itu.
“Nara.” Panggil Hye Kyo sambil menonton acara musik di televisi. Kebetulan, yang saat itu sedang mengisi acara adalah Super Junior.
“Mwo?”
“Aku rasa Xian Hua menyukaimu.” Ucap Hye Kyo.
“Eonni, mana mungkin penyanyi terkenal seperti dia menyukai fans sepertiku?”
“Nara, coba kau pikir, dia meminta nomor handphone dan alamatmu untuk apa? Bahkan dia mengajakmu berkenalan. Aku yakin dia tertarik padamu.”
“Eonni, sudahlah. Aku hanya sekedar suka padanya. Suka padanya karena dia seorang penyanyi boyband terkenal. Jadi, hilangkanlah pemikiran eonni tentang dia suka padaku atau semacamnya. Itu hal yang sangat tidak mungkin.” Ucap Nara.
***
Hari ini, tak ada kegiatan apapun untuk Super Junior. Hari libur pertama setelah konser di Seoul Olympic Fencing Gymnasium. Siang ini, mereka juga memutuskan untuk menetap di asrama. Mereka belum beristirahat sejak pulang dari Bangkok sampai konser di Seoul.
Henry sedang berbaring di kasurnya sambil menatap layar handphonenya. Sejak bangun tidur, ia sudah sibuk dengan handphonenya. Ia tidak bergabung dengan dengan teman-temannya yang lain di ruang tengah.
“Xian Hua!” Seru Eun Hyuk. “Sedang apa kau? Sejak bangun tidur kau melihat handphone terus. Apa gadis itu belum meneleponmu?” Tanyanya tiba-tiba.
“Gadis? Gadis yang mana?” Tanya Henry gelagapan, pura-pura tidak tahu. Dia pun segera menyimpan handphonenya di bawah bantal.
“Xian Hua! Kau tidak perlu berpura-pura padaku. Sejak awal, aku tahu kau suka pada Nara. Saat kau menolongnya di bandara.” Ucap Eun Hyuk. “Aniyeo, kau bukan menolongnya. Jelas-jelas dia yang menabrak trolleymu sampai kau terjatuh. Tapi, kau tidak marah atau langsung pergi. Kau malah menolongnya untuk berdiri. Tatapan matamu juga sangat berbeda padanya.”
“Jadi, kesimpulanmu apa?”
“Kesimpulanku?” Tanya Eun Hyuk, “tentu saja kau suka padanya. Kau tertarik padanya. Xian Hua, sejak kapan kau ingin berkenalan dengan wanita yang tidak kau kenal? Bahkan sesama penyanyi saja kau tidak dekat. Dan kali ini, kau tiba-tiba mengajak Nara, yang hanya seorang fans, untuk berkenalan denganmu.”
Henry menghela nafas panjang kemudian dia mengambil handphone di bawah bantalnya. Ia pun beranjak dari tempat tidurnya dan menuju kamar mandi. Keluar dari kamar mandi, dia sudah siap untuk pergi.
“Kau mau ke mana?” Tanya Eun Hyuk.
“Kau benar, Eun Hyuk. Sepertinya aku tertarik pada Nara.” Jawabnya lalu dia pergi dari asrama.
Henry mengendarai mobilnya menuju flat Hye Kyo. Dia memarkirkan mobilnya di depan bangunan itu. Dia kembali melihat handphonenya dan mencari nama Nara dalam daftar kontaknya. Kemudian, dia menekan tombol hijau dan menempelkan handphone itu di telinganya.
Tak lama kemudian dia mendengar suara Nara dari balik telepon. “Yoboseyo? Nara, nae Liu Xian Hua. … Aku sekarang berada di depan flatmu. Cepat turun dan temui aku di bawah. … Ne, nan dangsineul gidaril geyo. Annyeong. …”
Lalu, Henry keluar dari mobilnya dan memasuki bangunan itu. Dia bersandar di tembok. Matanya memandang keindahan Sungai Han yang tenang siang itu.
***
Tiba-tiba, handphone Nara berdering. Dia segera melihat layar handphonenya yang menyala. Xian Hua Oppa. Kemudian dia mengangkat telepon itu. “Yoboseyo? … Ne, araseyo. … Baiklah, aku akan segera turun. … Annyeong…” Nara memutuskan teleponnya.
“Mau kemana?” Tanya Hye Kyo.
“Xian Hua oppa menungguku di bawah.” Jawab Nara. Kemudian dia langsung melesat keluar dari flat.
Dia menuruni tangga dan melihat Henry sudah menunggunya di bawah. Dia bersandar di tembok, dan matanya sedang memandang Sungai Han.
“Oppa.” Ucap Nara pelan.
Henry menoleh ke arah Nara dan menegakkan tubuhnya. “Annyeong haseyo!” Sapanya. “Jeoseongeyo, mengganggumu siang-siang.”
“Aniyeo, oppa sama sekali tidak mengangguku.” Balas Nara.
“Ehm…” Henry mengangguk kecil. “Geurom, aku ingin mengajakmu makan siang. Kau mau?” Ajak Henry.
Nara sempat berpikir sejenak tentang ajakan Henry. Lalu, dia menyetujuinya.
“Baiklah, gaja!” Ucap Henry. Dia menggandeng tangan Nara dan menariknya. Henry mengajak Nara masuk ke dalam mobilnya yang berwarna biru metalik. Setelah itu, dia membuka kap mobilnya agar bisa merasakan udara lebih bebas.
Dia melajukan mobilnya dan mengajak Nara makan di restoran Korea yang cukup terkenal di Seoul. Mereka memasuki restoran itu berdua. Di dalam sana terlihat sangat ramai, karena memang sekarang adalah jam makan siang. Meja-meja terisi oleh orang-orang yang makan di sana. Akhirnya, mereka memilih meja kecil yang terletak di samping jendela.
Mereka memesan makanan dan menunggu pesanan mereka sambil berbincang-bincang bersama. Sesekali, Henry menyelingi pembicaraan mereka dengan candaan, sehingga membuat Nara tertawa. Untungnya, Nara cukup menguasai Bahasa Korea dengan baik, jadi dia mudah berkomunikasi dengan orang Korea.
“Wow! Ternyata, kau selalu menonton konser Super Junior melalui internet!” Seru Henry senang.
“Ne, aku sangat menyukai lagu-lagu kalian. Eonni juga sangat mengidolakan kalian. Dan kemarin adalah pertama kalinya aku bertemu dengan anggota Super Junior secara langsung.” Ujar Nara.
“Aku sangat senang mendengarnya. Lain kali, jika kau dan eonnimu ingin menonton konser kami, kau hubungi saja aku. Aku akan memberimu tiket gratis.” Ucap Henry.
“Aniyeo, oppa. Itu hanya akan merepotkanmu.”
“Nara, kapan kau akan kembali ke Indonesia?” Tanya Henry.
“Sekitar sepuluh hari lagi. Sangat cepat, bukan?”
“Ne, itu terlalu cepat untuk pertemuan kita. Baru bertemu lalu harus berpisah lagi.” Sesal Henry.
“Ya, begitulah. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan.” Balas Nara.
“Nara, aku…” Henry tidak melanjutkan ucapannya.
“Hhmm?” Tanya Nara heran.
“Aniyeo. Aku lupa harus bicara apa denganmu.” Jawab Henry sambil tertawa kecil.
Pria itu terus memandang wajah gadis yang duduk di depannya. Kali ini dia harus sadar bahwa ternyata ia benar-benar tertarik pada Nara.
***
Lima hari telah berlalu. Setelah pertemuannya dengan Henry siang itu, dia tidak pernah bertemu lagi dengan Henry. Dia yakin pasti Henry sedang sibuk dengan Super Junior. Entah syuting di stasiun TV, siaran di radio, mengisi acara, dan lain-lainnya.
Nara sedang membaca buku di ruang tengah, dan tiba-tiba Hye Kyo mengagetkannya dari belakang. “Eonni!!” Jeritnya.
“Sedang apa kau?” Tanya Hye Kyo.
“Membaca majalah.” Jawabnya singkat.
“Aku mau pergi kuliah dulu. Mungkin sore nanti aku baru pulang.” Kata Hye Kyo. “Jaga rumah dengan baik, dan jangan bukakan pintu pada orang yang tidak kau kenal. Kalau kau mau pergi jangan lupa kunci pintu, mengerti?” Tanya Hye Kyo.
“Ya, aku mengerti. Annyeong…” Ucap Nara.
Setelah Hye Kyo pergi kuliah, Nara merasakan keheningan yang melanda flat itu. Dia sangat bosan dalam sesaat. Ia berjalan menuju balkon dan duduk di kursi kayu yang terletak di pojok balkon itu. Merasakan semilir angin yang menyejukkan. Nara memandang Sungai Han yang seakan-akan menyatu dengan langit biru siang hari itu.
Tiba-tiba, seseorang berteriak dari bawah sambil melambaikan tangannya. Nara melihat orang yang terus meneriakkan namanya dari bawah sana. Gadis itu tersenyum melihat Henry. Pria itu bersandar di mobilnya yang diparkirkan di seberang bangunan flat itu.
Nara berdiri di pinggiran balkon dan melihat Henry sedang melambaikan tangannya. “Oppa!!”
“Nara, cepat turun!! Aku akan mengajakmu pergi ke suatu tempat!! Ppali wa!!” Serunya dari bawah.
“He?! Ne, aku akan segera turun!!” Balas Nara. Kemudian, dia mengunci pintu balkon itu dan berlari menuju lantai bawah. “Mianhae, jika membuat oppa menunggu.” Ucapnya setelah menghampiri Henry.
“Gwaenchanha. Ayo, naik ke mobil. Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat.” Kata Henry sambil membukakan pintu mobil untuk Nara. Dan Nara pun masuk ke dalam mobil sedan itu.
Henry melajukan mobilnya perlahan. Dia sangat menikmati perjalanannya. Dia juga menyetel lagu-lagu Super Junior di mobilnya.
“Aku sangat suka lagu ini.” Kata Nara ketika giliran lagu Confession diputar.
“Jeongmalyo?”
“Ne, aku sangat menyukai suaramu di sana.”
“Gomawo.” Henry tersenyum seraya melirik ke arah Nara.
“Oppa, kita mau pergi ke mana?” Tanya Nara.
“Mmm… Aku akan mengajakmu pergi ke Gwanghwamun Plaza.” Jawab Henry.
“Gwanghwamun Plaza? Tempat apa itu?”
“Nanti kau juga akan tahu.” Jawab Henry singkat.
Henry melajukan mobilnya menuju Gwanghwamun Plaza dan tak lama kemudian, mereka sampai di sana. Ternyata, di sana sangat ramai dengan pengunjung yang bermain di City Hall Fountain. Dari anak-anak, remaja sampai orang dewasa. Mereka turun dari mobil dari berjalan kaki menuju sana.
“Kita sudah sampai!” Seru Henry. “Bagaimana menurutmu?”
“Hebat! Tapi ini tempat apa?” Tanya Nara bingung.
“Inilah pusat kota Seoul. Dan kau lihat di sana ada patung Raja Besar Sejong.” Henry menunjuk pada sebuah patung besar yang terletak di tengah-tengah. “Siang hari seperti ini sangat menyenangkan jika kita main air.” Ucap Henry kemudian.
“Ne?! Hajiman, banyak anak-anak.” Nara membuka matanya lebar-lebar.
“Sudahlah, jangan malu-malu. Banyak orang seumuran denganmu yang bermain di sana.” Ucap Henry kemudian dia menarik tangan Nara untuk bergabung dengan orang-orang yang bermain di City Hall Fountain.
City Hall Fountain adalah sebuah tempat bermain air di Gwanghwamun Plaza. Orang-orang bermain dengan air yang tiba-tiba menyembur tinggi dari bawah. Dan baru kali ini Nara bermain air seperti itu. Nara dan Henry bermain cukup lama di sana. Setelah cukup lelah bermain, mereka berjalan menuju kedai ddokbogi yang tak jauh dari sana. Mereka memesan seporsi ddokbogi dengan saus pedasnya. Lalu, mereka mencari tempat untuk menikmati makanan itu berdua.
“Sangat lezat, bukan?” Tanya Henry seraya menyuap sepotong ddokbogi ke dalam mulutnya.
“Ne. Baru kali ini aku makan ddokbogi. Rasanya sangat enak.” Ucap Nara. Dan tiba-tiba Henry menyuap sepotong kue beras ke dalam mulutnya dan membuat Nara tidak bisa berbicara. Nara meronta-ronta karena mulutnya penuh.
“Sssttt… Telan dulu makananmu baru bicara. Kau sangat lucu kalau seperti itu.” Gurau Henry sambil tertawa.
Nara memandang Henry kesal. Dia menggerutu dalam hati. Namun, bibirmya mengulaskan sedikit senyuman.
Setelah selesai menyantap ddokbogi, mereka kembali ke mobil. Hari sudah semakin sore. Mereka berdua berjalan sangat santai. Rasanya, mereka tidak ingin sore ini berganti malam.
“Nara, lima hari lagi kau pulang ke Indonesia?” Tanya Henry dengan suara rendah.
“Ne.” Jawab Nara dan dia mendengar Henry sedang mendesah. “Wae yo?”
“Kalau kau ke Indonesia, berarti kita tidak bisa bertemu lagi. Dan untuk lima hari ke depan, Super Junior sama sekali tidak punya waktu kosong. Jadwal kami sangat padat.” Ujar Henry.
Nara mendesah. “Oppa, aku sangat senang aku bisa berteman dengan oppa dan anggota Super Junior lainnya. Aku tidak akan melupakan kalian semua.”
Henry menatap Nara. Dia menghela nafas panjang. Dan ia merasakan angin semilir bertiup sepoi-sepoi. “Nara, mungkin ini pertemuan terakhir kita.”
Nara hanya menanggapi ucapan Henry dengan senyuman. Lalu dia menggeleng, “aniyeo. Kita masih bisa bertemu lain waktu. Gomawoeyo oppa, kau sudah mengajakku jalan-jalan hari ini.”
Entah mengapa perasaan itu kembali datang menghampiri Henry. Perasaan tenang, senang, nyaman. Dia selalu merasakannya setiap kali dia bersama dengan Nara.
***
Dua hari lagi, Nara akan kembali ke Indonesia. Hari ini, dia sibuk berbelanja makanan dan oleh-oleh untuk teman-temannya di Jakarta. Dia juga membelikan untuk appa dan eommanya.
“Nara, apa kau tidak bertemu lagi dengan Xian Hua?” Tanya Hye Kyo.
Nara menggeleng, “jadwal mereka sangat sibuk. Jadi Xian Hua oppa tidak punya waktu lagi untuk bertemu denganku.”
“Araseyo. Sepertinya kopermu lebih penuh dibandingkan saat kau datang ke sini.” Ucap Hye Kyo.
“Aku kan harus membeli oleh-oleh. Aku punya banyak teman di Indonesia. Sedangkan di Korea, aku hanya punya eonni dan saudara-saudaraku yang lain.” Ujar Nara sambil meringkas barang-barangnya ke dalam koper.
“Nara, aku pasti akan sangat merindukanmu. Sering-seringlah kau ke Korea.” Ucap Hye Kyo. Dan air matanya membasahi pipinya.
“Eonni, kau jangan menangis. Aku pasti akan sering ke sini, kalau diperbolehkan oleh appa dan emma. Eonni kalau liburan juga bisa ke Jakarta.” Lalu Nara memeluk kakak perempuannya itu. Dia juga merasakan kesedihan yang sama seperti Hye Kyo. Tak terasa liburannya di Korea selama tiga minggu akan segera berakhir. Banyak sekali pengalaman baru dan kejadian yang tak terlupakan oleh Nara di sana.
Handphone Nara berdering pendek dan dia melihat ada sebuah pesan masuk. Pesan itu dari Henry. Dia langsung membuka dan membaca pesan singkat itu. Sebuah senyuman mengembang di bibirnya.
To Be Continue…
By Hanami Kaoru
aah keren onnie ~ XD
cepetan lanjutiin ya onnie ~ :3
ohya onnie, yang melody of heart chapter 7 kapan di publish? aku pengen bangeet baca yang ituuu ~ XD
Gomawo… ^^
Hehe…
Melody of Heart [Chapter 7]-nya minggu depan yaa baru di-post…
Soalnya kemarin aku baru selesai ujian,, jadi belum sempet lanjutin…
Mianhae…
Hajiman, thank you… ^^