Cast : Kim Ryeo Wook, Lee Sung Min, Choi Si Won, Kim Jong Woon, Cho Kyu Hyun, Henry Lau, Cho Jae Hyun, Lee Dong Hae
*Tidak bisa. Aku benar-benar mencintainya. Lebih dari diriku sendiri. Tapi… Aku tidak ingin membuatnya menderita karenaku.*
“Ada apa dengan Jae Hyun? Akhir-akhir ini, dia sangat aneh.” Batin Kyu Hyun.
Seharian ini, Jae Hyun sibuk di dapur, memasak makanan untuk nanti malam. Dia memasak bulgogi, kimbab, ttokbogi, mae woon tang, dan puding coklat. Ia menata meja makannya untuk tiga orang.
“Waahh.. Baunya sangat enak. Perutku jadi lapar.” Kata Kyu Hyun sambil mencuri sepotong kimbab dan menyuapkannya kedalam mulut.
“O! Oppa! Jangan makan sekarang!” Jerit Jae Hyun kesal sambil memukul pundak Kyu Hyun.
“Mashida. Rasanya sama seperti buatan eomma.” Kyu Hyun mendesah. “Andai eomma dan appa masih hidup, kita bisa makan masakan meraka. Oppa sangat merindukan mereka.” Tanpa disadari air mata Kyu Hyun membasahi pipinya. “Ah… Kenapa aku menjadi secengeng ini?”
Jae Hyun mendekati Kyu Hyun dan memeluknya. Gadis itu membenamkan kepalanya di dada Kyu Hyun. “jangan menangis, oppa. Aku disini untuk bersama oppa. Aku juga sangat merindukan eomma dan appa.” Gumamnya.
Kyu Hyun membelai kepala Jae Hyun lembut. “Ah! Kapan kita bisa makan? Aku sudah lapar.”
“Sebentar lagi, oppa. Setelah di datang ke sini.” Kata Jae Hyun semangat.
“Dia? Dia siapa?” Tanya Kyu Hyun heran.
“Nanti oppa akan tahu.” Senyuman Jae Hyun menyimpan banyak misteri.
***
“Mianhae, aku pulang duluan.” Ucap Ryeo Wook.
Sore ini, Believe5 kembali berkumpul di Clover Café untuk sekedar berkumpul.
“Mau kemana?” Tanya Henry.
“Mmm.. Hari ini, hari ini adalah hari peringatan satu bulan aku berpacaran dengan Jae Hyun. Dia mengundangku makan disana.” Jawab Ryeo Wook polos.
“MWO?! Kau mau ke rumah Jae hyun? Kau mau cari mati dengan Kyu Hyun?” Bentak Si Won.
Ryeo Wook terdiam. “Aku juga ingin meminta maaf padanya.”
“MWO?! Untuk apa kau meminta maaf padanya? Kau kan tidak salah apapun. Seharusnya dia yang meminta maaf padamu.” Si Won mengoceh panjang lebar. Seperti biasa, setiap kali mendengar nama Kyu Hyun emosinya meluap-luap.
“Tapi, tetap saja aku merasa bersalah padanya.”
“Babo!! Jeongmal babo!! Apa yang sedang kau pikirkan? Kau salah apa?”
“Soo Yeon.” Jawab Ryeo Wook singkat seakan-akan dia sedang memberikan kode.
“Terserah kamu sajalah.. Aku tidak tahu, kalau nanti kau dihajar lagi oleh Kyu Hyun.” Kata Si Won kesal.
“Ryeo Wook, kita ikut denganmu.” Ucap Ye sung khawatir.
“Ya, Ye Sung-ie! Mana ada orang berkencan ramai-ramai. Kalian tidak perlu khawatir. Aku pasti akan baik-baik saja.” Balas Ryeo Wook. “Ah! Aku sudah telat. Annyeong!” Ryeo Wook beranjak dari sana dan pergi keluar Clover café.
Si Won, Ye Sung, Henry dan Sung Min saling menatap. Lalu mereka mengangguk dan menyegir.
***
“Jae Hyun, siapa sih yang akan datang? Oppa jadi penasaran.” Kata Kyu Hyun.
“Nanti oppa akan tahu.”
TING! TONG!
Jae Hyun berlari-lari menuju pintu dan membukakan pintu untuk tamu yang datang. “O! Oppa! Oso oseyo?” Jae Hyun tersenyum ketika melihat Ryeo Wook berdiri di depan pintu, membawa satu bouquet besar bunga tulip warna kuning dan biru.
“Ini hadiah untukmu.” Ucap Ryeo Wook sambil memberikan bouquet bunga itu, kemudian menunduk dan mengecup lembut kening Jae Hyun. “Maaf aku telat.”
“Gwaenchanha, oppa. Ayo masuk. Aku ingin mengenalkanmu pada oppa-ku.” Jae Hyun menarik tangan Ryeo Wook.
DEG!!
“Oppa, orang yang kita tunggu sudah datang.”
Kyu Hyun yang sedang menonton TV tentu saja tidak melihat siapa yang datang. Dia membalikkan tubuhnya, “annyeong ha-“ Kyu Hyun terdiam. “Kim Ryeo Wook.” Wajah Kyu Hyun mendadak berubah menjadi penuh emosi. Perlahan-lahan, dia berjalan mendekati Ryeo Wook dan langsung menonjoknya.
“OPPA!!” Jerit Jae Hyun yang terlonjak kaget melihat perbuatan Kyu Hyun. “Oppa, gwaenchanha?” Ucapnya sambil mengusap wajah Ryeo Wook yang dihajar oleh Kyu Hyun. “Mianhae. Mianhae. Jeongmal mianhae.” Mata Jae Hyun mulai berkaca-kaca. Ryeo Wook hanya terdiam.
“Ternyata, kau masih punya nyali untuk bertemu denganku. Dan ternyata, kau belum cukup puas merebut semuanya dariku. Bahkan, adikku…” Kyu Hyun terhenti. “Jae Hyun, apa hubunganmu dengan dia?”
“Aku berpacaran dengannya. Hari ini adalah satu bulan kita berpacaran.” Ucap Jae Hyun.
Kyu Hyun mendengus kesal. “Lebih baik kau angkat kaki dari sini sekarang juga! Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi! Dan ingat, jauhi Jae Hyun!”
“Kyu Hyun, mianhae. Kejadian satu setengah tahun yang lalu. Aku benar-benar tidak berniat merebut apapun darimu. Mianhae, Kyu Hyun.” Kata Ryeo Wook.
Mendengar ucapan Ryeo Wook membuat amarah Kyu Hyun semakin meluap-luap. “Kau! Jangan ungkit masalah itu lagi!” Kyu Hyun menatap Ryeo Wook tajam.
Ryeo Wook tertunduk pucat, tubuhnya sedikit bergetar menahan perasaan takutnya.
“Keluar dari rumahku, SEKARANG!!” seru Kyu Hyun marah.
Ryeo Wook terlonajk kaget dan bergegas pergi. Namun langkahnya terhenti, ada yang menahan lengannya.
“Oppa, gajima.” Ucap Jae Hyun, suaranya sedikit bergetar karena menangis. Ia sedih melihat dua orang yang dicintainya, bertengkar di hadapannya.
Ryeo Wook ingin menghapus air mata yang membasahi pipi Jae Hyun, namun segera di tepis oleh Kyu Hyun.
“Keluar!” Pinta Kyu Hyun lagi.
Ryeo Wook menghela nafas lalu melepas genggaman Jae Hyun dari lengannya. “Mianhae.” Ia segera beranjak dari tempat ia berdiri dan keluar dari rumah itu. Ryeo Wook berjalan gontai sambil merutuki dirinya sendiri. Saat ia hendak membuka pagar rumah itu.
“Oppa.” Panggil Jae Hyun lemah dari ambang pintu. Air mata sudah tidak mengalir dari matanya.
Ryeo Wook memandang jae Hyun iba. “Aku pulang dulu.” Ryeo Wook memaksakan seulas senyum.
Jae Hyun hendak mengejar Ryeo Wook namun Kyu Hyun dengan sigap menahan tangan adiknya itu. “Oppa..”
“Kau tak perlu mengejarnya. Dia tak pantas untukmu.”
Namun, Jae Hyun masih tetap ngotot untuk menahan Ryeo Wook.
PLAK!!
Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan Jae Hyun.
“Oppa! Kau menamparku.” Mata Jae Hyun mulai berkaca-kaca dan setitik air mata kembali mengalir di pipinya yang memerah.
“Kyu Hyun!” Tiba-tiba emosi Ryeo Wook meledak saat melihat Kyu Hyun menampar gadis itu. “Kalau kau ingin menampar, tamparlah aku. Jangan Jae Hyun!!” Ryeo Wook dengan emosi menunjuk wajah Kyu Hyun yang lebih tinggi darinya. Kemudian, ia menghibur Jae Hyun yang sedang terisak. “Kau boleh bertindak kasar padaku, tapi tidak kepada Jae Hyun. Ingat itu!” Bentak Ryeo Wook kemudian ia pergi dari sana.
“Jae Hyun-a, maafkan oppa. Oppa-..” Kata Kyu Hyun sambil memegang pundak Jae Hyun. Tapi dengan kesal, Jae Hyun menepis tangan Kyu Hyun dari pundaknya. Gadis itu menatapnya dengan nanar.
“Jae Hyun sangat membenci oppa.” Geramnya, kemudian dia berlari menyusul Ryeo Wook.
“Jae Hyun!! Jae Hyun!!” Seru Kyu Hyun.
***
Ryeo Wook berjalan cepat dari rumah Jae Hyun. Dalam otaknya, ia ingin cepat-cepat sampai di rumah dan mendinginkam pikirannya.
“Psstt! Psstt!” Panggil seseorang tiba-tiba.
Ryeo Wook berjalan tak acuh. Ia sama sekali tidak mengindahkan panggilan itu.
“Psstt! Psstt!” Panggilnya sekali lagi.
“Ya! Aku punya nama!” Geram Ryeo Wook sambil menoleh kearah belakang. “O! Chingu! Kalian? Disini?” ryeo Wook terkejut melihat Si Won, Sung Min, Ye Sung dan Henry keluar dari mobil dan menghampirinya.
“Mianhae, kami memutuskan untuk membuntutimu.” Sahut Ye Sung cepat.
“Aku sudah menduga Kyu Hyun akan mengusirmu.” Ucap Si Won yang sedang sibuk memainkan handphone-nya.
Ryeo Wook hanya bisa diam dan menghela nafas mendengar ucapan Si won.
“Kau benar, Si Won.” Lalu, Ryeo Wook pergi meninggalkan mereka.
“Jamkamman! Ryeo Wook, pulanglah dengan kami.” Ajak Henry.
Ryeo Wook mengikuti ucapan Henry dan pulang bersama mereka.
***
Jae hyun berjalan lunglai menuju taman itu. Taman yang meninggalkan kenangan manis satu bulan yang lalu. Namun, hari ini Kyu Hyun menghancurkan kenangan manis itu. Ia duduk di ayunan itu sendirian. Mengamati langit jingga di atas sana. Air matanya tidak berhenti mengalir membasahi pipinya. Ia sendirian disana. Tak ada satu orang pun di taman itu.
***
Kyu Hyun segera mengambil mantelnya dan mantel Jae Hyun dan pergi keluar rumah mencari Jae Hyun. Awalnya, dia mencari ke tempat yang sering dikunjungi oleh adiknya, namu dia sama sekali tidak menemukan Jae Hyun.
Kyu Hyun kembali menyusuri jalan kecil, melewati taman kecil dan mendapati Jae Hyun sedang tertidur di bangku taman di sisi kolam.
“Jae Hyun-a. jae Hyun-a.” Kyu Hyun mengguncang-guncangkan bahu Jae Hyun pelan. Pipi gadis itu basah, berarti dia masih menangis sejak tadi. Kyu Hyun mengambil sapu tangannya dan mengusap pipi Jae Hyun.
Perlahan-lahan, gadis itu membuka matanya, “oppa..” Ucapnya lemah. Pandangannya kabur, tapi dia tahu siapa yang berada di sisinya. “Aku benci oppa. Oppa jahat. Oppa tidak punya hak untuk menyakiti Ryeo Wook oppa. Oppa tidak pernah tahu tentangnya. Oppa tidak pernah tahu kalau aku sangat sayang padanya.” Lagi-lagi Jae Hyun menangis.
“Sudahlah. Jangan sebut-sebut namanya lagi. Ayo kita pulang.” Kata Kyu Hyun sambil memakaikan mantel pada tubuh Jae Hyun.
“Aku tidak mau pulang dengan oppa.” Jae Hyun menepis tangan Kyu Hyun yang menggenggam tangannya. “Biarkan saja aku disini. Aku lebih baik sendiri daripada aku bersama dengan oppa yang sama sekali tidak sayang padaku.”
Kyu Hyun mendesah, kemudian dia memeluk tubuh Jae Hyun yang kedinginan. “Jae Hyun-a, oppa sangat sayang padamu. Kau jangan bicara seperti itu. Perkataanmu membuat oppa sedih. Jae Hyun-a, mianhae. Mianhae.” Bisik Kyu Hyun di telinga Jae Hyun. “Sekarang, ayo kita pulang.” Kyu Hyun berjongkok didepan Jae Hyun dan meminta adiknya naik ke punggungnya.
“Oppa.”
“Naiklah. Kau pasti sudah lelah. Seharian ini, kau kan memasak. Oppa tidak mau kamu kelelahan.”
Akhirnya, Jae Hyun naik ke punggung Kyu Hyun dan pria itu menggendong adiknya pulang. Dia berjalan pelan-pelan.
“Jae Hyun-a, kau tahu kalau oppa sangat menyayangimu? Bahkan lebih daripada menyayangi diri oppa sendiri. Kamulah satu-satunya yang oppa punya. Jadi, oppa tidak mau kau disakiti orang lain. Araseoyo?”
“Tapi, kenapa oppa sangat membenci Ryeo Wook oppa? Dia sangat baik padaku.”
Kyu Hyun terdiam. Langkahnya terhenti. “Jae Hyun-a, dengarkan oppa. Ryeo Wook lah yang merebut segala sesuatu yang oppa punya. Bahkan… Ya sudahlah. Tidak perlu ku ceritakan padamu.”
“Hmm..” Desah Jae Hyun pelan.
***
Hari ini, ruang musik kembali ramai dengan suara drum, biola, gitar, keyboard dan suara vocal Ye Sung.
“Stop! Stop!” Seru Si Won tiba-tiba ditengah latihan. Dan secara bersamaan keheningan meliputi ruangan itu. “Latihan kali ini sangat kacau. Ada apa dengan kalian?”
“Bosan. Seperti ada sesuatu yang hilang.” Jawab Ye Sung.
“Benar. Sejak Jae Hyun mengundurkan diri dari kelas musik, ruangan ini menjadi sedikit sepi.” Kata Henry.
“Ya! Kita tiga tahun disini, tanpa kehadiran dia, kalian tidak pernah berkomentar. Sekarang, baru beberapa bulan bergabung dengan Jae hyun, kalian sampai down seperti itu.” Oceh Si Won kesal.
Yang lain tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Diam dan tidak mengomentari ucapan Si Won.
“Ryeo Wook, bagaimana hubunganmu dengan Jae Hyun?” Tanya Ye Sung tiba- tiba.
“Apa kau tidak merindukannya? Seminggu kau tidak bertemu dengannya.” Timpal Henry.
Ryeo Wook menggeleng pelan. “Kyu Hyun melarangnya untuk bertemu denganku. Dan aku tidak ingin memaksanya. Aku tidak ingin ia disakiti lagi oleh orang itu.” Dia mendesah. “Walaupun sebenarnya aku sangat merindukannya.”
“Babo!! Ryeo Wook, neo jeongmal babo!! Lupakan saja dia. Apa tidak cukup dia menonjokmu sampai mulutmu membiru?” Geram Si Won.
Lagi-lagi Ryeo Wook terdiam.
Hanbun manabwa arabwa, jarhaebwa…~ Suara handphone Ryeo Wook.
“Yeoboseyo? Jae Hyun-a..” Saat Ryeo wook menyebut nama Jae Hyun, keempat orang temannya langsung mengalihkan pandangan kearah Ryeo Wook.
“Oppa, mianhae. Aku baru bisa menelponmu sekarang.”
“Gwaenchanha. Kau tidak dimarahi oleh Kyu Hyun, kan?”
“Tidak.” Jae Hyun terdiam sejenak. “Oppa, hari ini aku berulang tahun. Maukah oppa datang ke rumahku nanti malam?”
“Oo.. Saengil ch’ukahaeyo. Tapi..”
“Oppa tenang saja. Kyu Hyun oppa tidak akan mengusirmu lagi Aku mohon, oppa. Aku sangat berharap oppa mau datang.”
“Jae Hyun-a, tapi aku tidak mau membuatmu sakit lagi.”
“Aku akan sakit jika oppa tidak datang ke rumahku nanti malam. Ah! Oppa, jangan lupa ajak seonbae-seonbae yang lain. Araseoyo?”
“Ne. Agesemnida.” Jawab Ryeo Wook, kemudian telepon itu terputus. Sesaat dia menghela nafas.
“Ya! Kau kenapa?” Tanya Ye Sung sambil memutar-mutar standmic.
“Jae Hyun mengundang kita ke rumahnya nanti malam. Hari ini dia berulang tahun.” Jelas Ryeo Wook.
“Andwe! Kita tidak boleh datang kesana. Ryeo Wook, kalau kau datang ke sana sama dengan membuang harga dirimu.” Ujar Si Won.
Ryeo Wook bergeming.
“Chingudeul!!” Seru Henry, Ye Sung dan Sung Min bersamaan. “Sebaiknya, kita segera ke kelas tata boga.”
“Untuk apa?” Tanya Si Won heran.
“Membuat kue ulang tahun untuk Jae Hyun. Bagaimana menurut kalian?” Usul Henry.
“Di sana, kita bisa minta bantuan Kyung In ssi dan Eun Soo ssi. Mereka sangat ahli membuat kue.” Ucap Ye Sung sambil menyeringai jahil ke arah Henry.
“Ya! Berhenti menggodaku seperti itu.” Gerutu Henry kesal.
“Ne. Gaja! Gaja! Gaja!” Seru Sung Min semangat.
To be Continue >> Melody of Heart [Chapter 4]
By Hanami Kaoru & Akari Kaoru
Leave a Reply